Cawan Cinta
![](https://statik.unesa.ac.id/pgsd/thumbnail/965e1b38-c12c-4176-a36a-cfb1586461ae.jpg)
penulis: Maryam Isnaini Damayanti
Membaca kata cawan cinta, kira-kira apa yang muncul di benak kita? Tentu akan beragam persepsi yang muncul bergantung pengetahuan dan pengalaman hidup masing-masing. Tidak mengapa. Justru kalau sama, hidup ini menjadi monoton, kurang variasi dan warna. Melalui formula ini, pesan yang hendak disampaikan adalah bahwa setiap diri kita hendaklah menjadikan hatinya bak sebuah wadah seperti cawan yang penuh berisi air cinta kita. Cawan yang terbuat dari emas berkilauan dengan air cinta yang jernih di dalamnya.
Jika air cinta dalam cawan itu tidak penuh, maka air cinta yang ada di dalamnya tidak akan dapat tumpah dan membasahi apa yang ada di sekitarnya. Hanya ada satu syarat agar air cinta yang ada di dalam cawan dapat tumpah dan membasahi sekitarnya, yaitu HARUS PENUH dulu. Dengan cawan yang air cintanya penuh, maka air yang ada di dalamnya akan tumpah, ke luar dari cawan, dan air tumpahannya itu akan membasahi apa yang ada di sekitar cawan tersebut.
Cawan cinta ini buah imajinasi saja. Imajinasi yang didasari keinsyafan diri bahwa hanya ada satu cara untuk dapat menjalani hidup yang harmonis bersama orang-orang di sekitar kita, yaitu menjadi pribadi yang penuh cinta kasih. Orang yang hatinya penuh cinta kasih, maka air cinta kasihnya akan tumpah mengenai orang-orang di sekitarnya. Seorang istri dan ibu yang penuh cinta kasih, maka orang-orang di sekitarnya yang akan mendapat tumpahan dan percikan air cintanya adalah suami, anak-anak, orang tua, mertua, saudara, keluarga, tetangga, sahabat, teman, kerabat, dan semua. Seorang guru yang penuh cinta kasih, maka yang pertama mendapat tumpahan dan percikan air cintanya adalah SISWANYA di kelas, siswa di sekolah, rekan sejawat, wali siswa, orang-orang yang ada di sekolah, orang-orang di sekitar sekolah, dan siapa pun.
Betapa luar biasa dampak yang akan dirasakan oleh orang-orang di sekitar ibu/bapak guru yang hatinya penuh cinta kasih. Dengannya, guru akan penuh kesabaran membimbing siswanya belajar, akan bisa berbesar hati menerima kekurangan siswanya, akan dapat berlapang dada memahami keterbatasan siswanya, dan akan dengan mudah memaafkan kekhilafan siswanya, plus selalu menginginkan kebaikan bagi siswanya. Selain itu, guru akan menjadi pribadi yang tidak hanya pandai menuntut melainkan menjadi guru yang pandai memotivasi dan men-support siswanya untuk terus maju melesat sesuai dengan potensi atau kecerdasan masing-masing.
Betapa bermaknanya menjadi pribadi yang penuh cinta kasih ini. Teladan terbaik telah ditunjukkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Betapa beliau adalah sau-satunya manusia yang sungguh-sungguh hatinya penuh cinta kasih, bak samudra, kepada umatnya. Sehingga, apapun halangan yang dihadapi, bahkan yang mengancam jiwa beliau sekalipun, tidak menyurutkan langkah untuk mendakwahkan ajaran Islam ini, semata agar umatnya selamat hidup di dunia sampai ke akhirat nanti. Seandainya hati beliau tidak penuh cinta kasih, sudah pasti beliau akan mundur teratur saat menghadapi berbagai rintangan dakwah beliau karena semua rintangan itu menuntut pengorbanan yang tinggi. Pengorbanan yang tidak hanya berupa tenaga, waktu, pikiran, harta tetapi juga nyawa. Hati yang penuh cinta kasih ternyata mampu membuat seseorang mudah dan ikhlas berkorban.
Guru yang penuh cinta kasih pasti akan dengan ikhlas jika dituntut untuk berkorban. Berkorban waktu, tenaga, pikiran, juga fulus/uang/harta akan menjadi sebuah keniscayaan baginya. Namun, jika hati kering dari rasa cinta kasih, maka jangankan berkorban harta, berkorban waktu atau tenaga saja sudah membuatnya berpikir seribu kali untuk melakukan. Sungguh, hati dan raganya akan menjadi berat karenanya. Untuk itu, jika ingin menjadi diri yang ringan dalam berbuat kebaikan, menjadilah dulu sebagai diri yang penuh cinta kasih kepada sesama.
Mungkin di awal-awal agak berat, tetapi dengan fokus karena Allah saja dan pada manfaat yang akan diperoleh serta dengan berlatih berulang kali, maka kita akan dapat terlahir kembali dengan kepribadian ini. Bahagia menjadi orang yang penuh cinta kasih. Tidak ada balasan bagi orang yang penyayang kepada makhluk Allah yang ada di bumi selain bahwa ia pun akan disayang oleh seluruh makhluk yang ada di bumi dan di langit. Tidak ada kerugian bahkan sebaliknya penuh kemaslahatan/kebaikan menjadi orang yang hatinya penuh cinta kasih. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk tidak bersegera memiliki kepribadian ini. Insyaa Allah, guru tersebut akan dapat memanusiakan semua siswanya dan siswanya akan menjadi manusia-manusia yang berbahagia. Selamat berproses menjadi ‘guru dan orang baik yang hatinya penuh cinta kasih’.