Ketika Mahasiswa PGSD Belajar Bahwa Pekerjaan Guru Bukan Sekadar Profesi, tapi Panggilan Hati yang Tak Bisa Ditawar
![](https://statik.unesa.ac.id/pgsd/thumbnail/55d47556-d13a-4db7-bce5-7064c9809947.jpg)
Oleh: Dr. Fiena Saadatul Ummah, M.Pd.
Menjadi seorang guru bukan hanya tentang mengajarkan mata pelajaran, tetapi juga tentang membangun hubungan emosional yang mendalam dengan siswa, memahami kebutuhan mereka, dan memberikan bimbingan yang tulus untuk mengarahkan mereka ke arah yang lebih baik. Hal inilah yang mulai dipahami oleh mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) ketika mereka menyadari bahwa pekerjaan guru bukan sekadar profesi, tetapi panggilan hati yang memerlukan dedikasi total.
Di jurusan PGSD, mahasiswa diajarkan untuk mengenal lebih dalam makna menjadi seorang guru. Mereka mempelajari bagaimana menghadapi keberagaman karakter anak, memahami psikologi perkembangan, dan menciptakan metode pembelajaran yang menarik. Namun, di balik semua teori dan praktik itu, ada pelajaran yang jauh lebih berharga: guru adalah figur yang memberikan jiwa dan hatinya untuk mendidik.
Tantangan menjadi seorang guru SD tidak hanya terletak pada tanggung jawab akademik, tetapi juga pada aspek emosional. Mahasiswa PGSD belajar bahwa mereka akan berhadapan dengan siswa yang datang dari berbagai latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi. Setiap anak membawa cerita hidup yang unik, dan tugas seorang guru adalah memahami cerita tersebut, lalu membantu mereka mengatasi hambatan yang mungkin ada.
Dalam proses belajar di PGSD, mahasiswa juga memahami bahwa guru memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan bangsa. Mereka menyadari bahwa setiap interaksi dengan siswa, sekecil apa pun, dapat menjadi momen penting yang mengubah pandangan hidup seorang anak. Dari memberikan dorongan saat anak merasa gagal hingga membimbing mereka menemukan potensi diri, mahasiswa PGSD belajar bahwa peran seorang guru jauh melampaui ruang kelas.
Pekerjaan guru tidak pernah bisa diukur hanya dari gaji atau jabatan. Nilai sebenarnya terletak pada dampak jangka panjang yang mereka berikan kepada siswa. Itulah mengapa banyak mahasiswa PGSD merasa bahwa menjadi guru adalah sebuah kehormatan yang datang dengan tanggung jawab besar. Mereka menyadari bahwa pekerjaan ini membutuhkan kesabaran, empati, dan cinta yang tulus. Tidak semua orang mampu menjalani profesi ini, karena hanya mereka yang benar-benar terpanggil yang dapat menjalankan peran ini dengan sepenuh hati.
Ketika mahasiswa PGSD menyadari bahwa pekerjaan guru adalah panggilan hati, mereka mulai melihat pendidikan sebagai misi hidup. Mereka tidak hanya mempersiapkan diri untuk menyampaikan pelajaran, tetapi juga untuk menjadi inspirasi, panutan, dan pembimbing bagi generasi masa depan. Dengan cara ini, mahasiswa PGSD tidak hanya menjadi pendidik, tetapi juga menjadi agen perubahan yang berkomitmen untuk menciptakan dunia yang lebih baik melalui pendidikan.