OPINI MEMBANGUN KEPRIBADIAN YANG PROFESIONAL PENUH HIKMAH

oleh Budiyono, Dosen PGSD Unesa
Aku diutus Allah kebumi semata-mata untuk menyempurnakan
kemuliaan Akhlaq (HR.Ahmad)
Setiap manusia diciptakan Allah SWT dan dilahirkan kedunia melalui rahim wanita (ibu) dalam kondisi yang tidak sama (berbeda) agar manusia satu dengan yang lainnya saling memahami Kemaha Besaran Allah dengan segala Ciptaan-Nya, hal ini sesuai dengan Qs. .....
Dengan demikian kunci sukses setiap manusia dalam memahami Kemaha Besaran Ciptaan Allah SWT itu pemahaman sebagai mana Allah SWT perintahkan Nabi Muhammad SAW dan umatnya serta manusia pada umumnya untuk membaca yang memiliki makna “mendengar, melihat, merasa dan berfikir” dengan pemahaman sebagai mana Allah jelaskan di dalam Qs. Al-Iqra’, bukan dengan pengertian sebagai mana yang diaklamasikan dalam teori belajar selama ini yang menyatakan pintu masuk ilmu itu diawali dengan C1 (Pengertian),
Dengan pemahaman yang baik sebagai konten dan kontek pintu pemahaman ilmu diyakini setiap tindakan yang dilakukan oleh manuisa sebagai bentuk kekaryaan (menulis) dihamparan bumi-Nya itu akan menghasilkan kesan yang positif dan memberi manfaat untuk orang lainnya. Dengan pemahaman yang baik setiap masalah yang dihadapi oleh setiap manusia akan memberi kontribusi pembentukan sikap dan kepribadian (Attitute) unggul. Pemahaman yang baik dari setiap manusia ketika menghadapi persoalan yang muncul dihamparan Bumi-Nya Allah SWT dalam setiap menjalankan fitrah kehidupan sosialnya akan diselesaikan dengan baik sehingga manusia itu mampu dan sukses menyederhanakan bagi yang rumit, memberi kemudahan bagi yang sulit.
Pemahaman sebagai landasan ilmu dan pintu hikmah ilmu akan membawa manusia dalam setiap menjalankan fitrah kehidupannya memiliki kemampuan yang cermat dan hati, dalam bahasa Jawa dimaknai sebagai bentuk “Eling lan Waspodo”, sehingga ketika manusia itu diberi kepercayaan tanggungjawab sebagai pemimpin bagi yang lainnya akan dijalankan dengan baik, jujur dan bertanggungjawab.
Kondisi dan kualitas kepribadian manusia yang sedemikian itu mengingatkan kepada kita semua akan pesan dari Baginda Rasulullah Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Beliau menyampaikan kepada para sahabatnya, bahwa Allah memberi peringatan kepada dirinya dan kepada setiap manusia melalui Malaikat Jibril Utusan-Nya, untuk menjalankan kehidupannya dengan bebas, tetapi semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya, ketika manusia itu masih hidup dan setelah matinya.
Dalam kondisi yang seperti itu, Baginda Rasulullah menyampaikan wasiat (pesan) kepada para sahabatnya untuk menuntut ilmu walaupun sampai dinegara China dan pentingnya memahami bahwa ilmu yang baik itu wajib dimiliki oleh setiap umat manusia.Selain ilmu yang wajib untuk dimiliki oleh setiap manusia, ketika manusia itu belajar mencari ilmu wajib diniatkan karena Allah (ijin-Nya) agar ilmunya memberi manfaat bagi dirinya dan orang lainnya. Kondisi seperti ini dalam Haditsnya dimaknai sebagai Innal A’mallu bin niat (semua tindakan manusia itu tergantung pada niatnya). Jika diniatkan karena Allah dapat dipastikan akan memberi manfaat bagi keduanya atau lebih sebagaimana dijelaskan oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW kepada para sahabatnya ketika Nabi Ullah Musa As sakit gigi, beliau (Nabi Musa) mhn petunjuk kepada Allah SWT obat sakit giginya. Allah SWT menjawab permohonan Nabi musa dan Alllah SWT memerintahkan kepada Nabiullah Musa As untuk memetik daun, yang dalam hamparan bumi Indonesia daun tsb dinamakan sebagai daun jarak. Setelah Nabi Musa memetik daun yang dimaksutkan oleh Allah SWT itu sebanyak 3 helai (lembar). Setelah daun tsb dipetik Nabiullah Musa As, Allah berpesan kepada Nabiullah Musa “sebelum memakannya daun tsb dirinya untuk menyebut namanya (Bismillah Hirrahmannirohim)”. Setelah Nabiullah Musa As menyebut Nama Allah SWT, daun tersebut dimakannya. Alhasil, sakit gigi Nabiullah Musa As yang menyiksa dirinya beberapa hari lamanya itu langsung sembuh.
Dalam dialog dengan para sahabatnya itu, Baginda Rasulullah Muhammad SAW berpesan kepada para sahabatnya itu agar setiap tindakan diniatkan karena Allah SWT yang dimaknai sebagai “Innamal a’mallu bin niat”. Semua tindakan manusia itu memberi manfaat atau memberi mudharath (sia-sia) tergantung dari niatnya. Jika tindakan manusia itu diniatkan karena Allah SWT, dipastikan tindakan itu memberi manfaat, baik bagi yang melakukan maupun yang menerima perlakuan tsb.
Kondisi tindakan manusia yang senantiasa diniatkan karena Allah SWT semata itu menurut baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai bentuk kecintaan manusia kepada Allah SWT dengan Iman dan Ruh nya. Selanjutnya para sahabat bertanya, ya Rasulullah bagaimana kita dalam menjalankan kehidupan selanjutnya? Baginda Rasulullah SAW menjawab bahwa setiap usaha manusia yang dilakukan karena Allah dimaknai sebagai ibadah Kepada-Nya dan setiap ibadah Kepada-Nya dimaknai sebagai bentuk menyembah dan tunduk jiwa (ruh) nya Kepada Allah SWT semata.
Kondisi semacam itu dimaknai sebagai perintah Allah SWT kepada manusia untuk melakukan usaha dan tindakan dengan atas Nama-Nya (Allah SWT) yang Maha Rahman lagi Maha Rahim sebagai bentuk perintah “Menyembah-Nya (Allah SWT) dengan ilmu dan akhlaq mulia atau dengan bahasa yang semakin mudah dipahami “Sembahlah Aku (Allah) dengan ilmu dan Akhlaq Mulia”, Qs. ....
Manusia yang dalam menjalankan fitrah kehidupannya itu senantiasa berpegang teguh pada perintahnya identik manusia itu berpegang teguh pada tali iman. Dalam kondisi seperti itu, jika manusia tsb menghadirkan nama-Nya (Allah) didalam lisan dan tindakannya, Allah SWT menjamain keselamatannya, baik ketika manusia itu berada dilangit-Nya maupun dibumi-Nya. Dalam pemahaman yang lain, jika manusia itu dalam menjalankan tindakannya
senantiasa berpegang teguh pada tali iman, dirinya akan dibimbing oleh Allah SWT sehingga ketika manusia itu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya akan mengedepankan “kejujuran” sehingga manusia tsb dijaga keselamatannya oleh Allah SWT dan dirinya dijauhkan dari sifat yang sungguh hina, yaitu “Milik nggendong lali/Ingin menguasai yang bukan hak dan miliknya”dengan bebagai cara yang tidak terpuji seperti kondisi yang dipertontonkan oleh para pemimpin Negara Indonesia saat ini.
“Jejak-jejak akhlakku akan tetap berada ditengah-tengah umatku hingga hari kiamat tiba. Satu-satunya alasan bagi kemuliaan dan kebanggaan bagi setiap orang adalah akhlaq mereka.
Dalam pekerjaan mereka, perolehan/hasil, kebiasaan, keadaan mereka saat ini dan keberhasilan sejati, hanya dicapai melalui akhlak yang baik,
terutama jika akhlak itu disempurnakan dengan keadilan”. (Hadits Nabi Muhammad SAW).