OPINI MEMBANGUN PERJALANAN MASA DEPAN DENGAN FILOSOFI ORANG LAIN BISA SUKSES MENGAPA TIDAK
![](https://statik.unesa.ac.id/pgsd/thumbnail/850812bb-e5b9-4f39-abc2-4ec96c2652a3.jpg)
oleh Budiyono, Dosen PGSD Unesa
Membangun semangat hidup itu dimulai dari kesadaran diri sendiri yang baik terhadap makna kehidupan yang senantiasa diwarnai kompetisi dan ketidak pastian dalam menghadapi hari-hari selanjutnya. Kesadaran yang demikian itu menunjukkan hati (qolbu) seseorang itu hidup dan mulai dewasa (dewasa) walaupun seseorang itu masih muda. Kedewasaan itu tidak tergantung sudah berapa usianya seseorang, tetapi bagaimana perjalanan hidup (kehidupan) seseorang itu. Keaneka ragaman kondisi itu jika dipahami dengan baik, ternyata Rahmat Allah SWT yang telah menciptakan hidup dan kehidupan setiap manusia yang beraneka rasa dan beraneka ragam dan warna itu sangat indah.
Perbedaan yang sedemikian indah itu jika disadari, dipahami oleh setiap manusia dipastikan dirinya akan memuji akan Kemaha Besaran-Nya dengan rasa syukur yang tiada hentinya. Perbedaan itu ternyata tidak lain merupakan bentuk keaneka ragaman Penciptaan makhluk dari Sang Maha Pencipta (Allah SWT), sebagaimana dijelaskan Oleh-Nya di dalam Qs .....
Perbedaan kondisi yang sedemikian rupa itu bagi manusia yang memiliki kesadaran yang baik akan menggerakkan akal yang ada di dalam qolbu (hati) dan pikir yang ada di dalam otak untuk mengambil keputusan melakukan usaha (ichtiyar) dengan nama dan ijin Allah SWT melalui Ridha Walidaiyen (Ibu) nya. Diatas sudah dijelaskan bahwa keaneka ragaman kondisi kkehiidupan itu akan menumbuh kembangkan (membangun) kesadaran yang baik kepada seseorang (manusia) memiliki kedewasaan untuk bersikap dewasa.
Manusia yang dewasa itu jelas manusia yang bertanggungjawab, dan manusia yang bertanggungjawab itu manusia yang mampu mengurus, mengelola potensi dirinya secara mandiri setelah memperoleh Ridho Walidaiyen nya sebagai bentuk Ridha Allah SWT yang nyata. Dalam Hadits baginda Rasulullah Muhammad SAW ketika menyampaikan pesan penting kepada seluruh sahabatnya setelah sholat subuh selesai, beliau bersabda “Wahai para sahabtku, seandainya Allah SWT mengijinkan kalian semua menyembah Ibu ...3x mu, akan aku suruh kalian semua menyembah Ibu mu setelah menyembah Allah SWT, Namun Allah SWT melarang manusia untuk menyembah Ibunya, kecuali hanya menyembah Allah SWT saja”. Sebagai gantinya Allah SWT menempatkan doa Ibu disamping-Nya dan Allah SWT memberinya peringatan kepada manusia untuk tawadhuk, nurut, taat kepada Ibunya hingga diulang sebanyak 3x.
Begitu istimewanya seorang Ibu dimata anak keturunannya, hal itu sebagai mana yang disampaikan Baginda Rasulullah Muhammad SAW ketika berkumpul bersama para sahabat disuatu jamuan makan dirumah sahabatnya. Beliau menyampaikan kepada para sahabat dengan wajah yang serius, ketika Allah mengambil Ruh manusia dari
Syurga untuk dimasukkan kedalam jasat manusia yang ada didalam rahim wanita. Allah SWT ketika mengambil Ruh itu menyapa-Nya “Wahai Ruh, engkau aku ambil dan aku pindahkan kedalam jasat manusia untuk menghuni alam dunia. Kemudian Ruh bertanya, wahai Tuhan ku, katanya dunia itu kejam dan banyak orang jahat nya. Kemudian Allah SWT menjawab, engkau Aku (Allah) titipkan kepada maikat ku untuk menjaga dan mengasuhmu. Ruh bertanya, ya Allah, siapa nama malaikat mu itu?Allah SWT menjawab, malaikat ku itu orang menyebutnya Ibu, dan menurutlah kepadanya”.
Manusia yang memiliki kesadaran baik akan tumbuh menjadi manusia (pribadi) yang dewasa, dan manusia yang dewasa adalah pribadi yang akal pikirnya tumbuh kembang dengan baik sehingga kesadarannya berfungsi dengan baik dalam menjalan kan tugas dan tanggungjawabnya. Manusia sebagai pribadi dewasa yang bertanggung jawab senantiasa mengedepankan pentingnya kepercayaan (trutce) dari orang lain sebagai modal dasar didalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.
Kepercayaan yang baik dari orang lain kepada setiap pribadi yang dewasa dan bertanggungjawab itu akan memberi kontribusi kesuksesan terhadap setiap langkah usaha dan perjuangan yang dijalani (dilakukan) nya. Kepercayaan orang lain akan bermunculan ketika seseorang yang dipercaya itu memiliki “Ilmu akal-pikir yang baik sehingga manusia jujur dan bertanggungjawab ketika menjalankan amanah dari orang lain itu sehingga sehingga dirinya memiliki langkah kerja tepat waktu, disiplin (komitmen) tinggi (baik) sehingga proses kinerjanya menghasilkan hasil yang baik”.
Manusia (seseorang) yang demikian itu merupakan pemimpin yang baik dan bertanggungjawab atas kinerja dan yang dipimpinnya. Manusia yang sukses didalam menumbuh kembangkan jiwa tanggungjawabnya merupakan “pemimpin yang suka memberi, suka dicela sebagai bentuk koreksi diri (teguran), ikhlas dan sabar menerima fitnah dan hinaan dari orang lain” dengan prinsip bagaimana orang lain bisa senang dan bahagia, karena jika pemimpin itu mampu membahagiakan yang dipimpinnya, Allah SWT pasti akan membahagiakan dirinya dan keluarganya serta akan menjaga keselamatan (kesuksesan) hidupnya sebagaimana dijelaskan Allah SWT di dalam Qs. Al-Shaff:1013, Artinya: Hai manusia yang beriman, maukah kamu Aku (Allah SWT) tunjukkan sesuatu peringatan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? Yaitu berimanlah kepa Allah SWT dan rasulnya dengan benar dan berjuanglah di jalan Allah mu dengan ilmu ndan akhlaq mulia. Itulah sebaik-baik jalan (cara) bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa- dosamu dan memasukkanmu kedalam tempat yang mulia yaitu jannah Adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Dan ada lagi pertolongan yang kamu sukai yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat waktunya, dan sampaikanlah berita ini kepada orang-orang yang beriman.
Pribadi yang ikhlas ketika disakiti oleh orang lain (yang dipimpinnya) atau bukan yang dipimpinnya itu merupakan pemimpin yang cerdas dan berbudi pekerti luhur (berakhlaq mulia). Dirinya menyadari dengan baik, bahwa apa-apa yang dilakukan
untuk orang lain itu merupakan bentuk menanam (nandur/menabur), yang suatu saat pasti akan dipetiknya sesuai apa yang ditanam (diperbuat) nya. Hal ini sesuai dengan peringatan Allah SWT kepada setiap manusia didalam QS. Al-Isra, ayat: 7, artinya: Jika kamu berbuat baik itu untuk kebaikan dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat (kerusakan) itu untuk kehancuran dirimu sendiri.
Pribadi yang berilmu dan berakhlaq mulia (budi perti luhur) itu merupakan pemimpin yang memahami bahwa dirinya diciptakan dari tanah yang siap diinjak, dikencingi oleh siapa saja sehingga keikhlasan sangat penting untuk ditumbuh kembangkan didalam akal (hati/qolbu) nya.
Pribadi yang memiliki kecerdasan akal dan kecerdasan pikir menyadari dengan sebaik-baik kesadaran, bahwa jika memberi dengan ikhlas dan atas Nama-Ntya (Allah SWT), dirinya sedang melakukan transaksi dengan Allah SWT, yang oleh Allah SWT manusia yang demikian itu ibarat menanam satu benih yang baik yang akan tumbuh menjadi tujuh batang dan masing-masing (setiap) batang nya akan menghasilkan 100 buah yang baik (Qs. Al-Baqorah 261). Manusia yang beriman kepada Allah SWT dengan Ruh nya menyadari bahwa jika seseorang itu berbuat baik dan ikhlas dengan atas nama-Nya, dirinya tidak pernah akan rugi sedikitpun oleh Allah SWT, namun akan diuntungkan, disukseskan dan dimuliakan Allah SWT 700 x kebaikan dari apa-apa yang dilakukan manusia itu.
Kesadaran dan pemahaman yang baik dari setiap pribadi yang disertai bekal akal pikir yang baik, akan memberi kontribusi nyata terhadap proses perjalanan kesuksesan seseorang (manusia) itu menjadi pribadi (pemimpin) yang mandiri. Kemandirian sejati dari setiap pribadi itu diawali dari niatnya (Innamal a’mallu binniat); jika diniatkan dengan memohon Ridha walidaiyennya maka setiap langkah usahanya menghadirkan Ridha Allah SWT (Ridha Allah SWT Ridha Walidaiyen).
Kondisi sosial yang demikian ini memberi kontribusi peringatan kepada setiap manusia (setiap orang) setiap pribadi (setiap pemimpin) untuk memahami dengan baik, bahwa membangun masa depan yang baik, sukses dan memberi keselamatan bagi dirinya dan anak keturunannya itu mutlak dilakukan dengan modal: 1) Iman Kepada Allah SWT dengan Ruh nya, 2) Ilmu dan akhlaq (akal) yang baik, 3) Jujur dan bertanggungjawab, 4) Rendah hati dan murah hati (loman), 5) Sabar dan Ikhlas, 6) tidak sombong, 7) Tidak tamak (tidak suka menguasai yang bukan hak dan miliknya),
Hal ini sesuai dengan peringatan Allah di dalam Qs. Al-A’raf, ayat 56. Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan diatas bumi-Nya, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah Kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan yang baik. Sesungguhnya Rahmat Allah amat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik”.
Jika setiap manusia (orang) dan setiap pribadi (pemimpin) itu sudah memiliki bekal yang cukup untuk meraih kesuksesan dan keselamatan atas perjuangannya
dipastikan akan memberi kontribusi yang baik (positif) untuk membangun kepercayaan
“Jika orang lain bisa meraih kesuksesan mengapa tidak”.