Paradoks Tentang Membaca
![](https://statik.unesa.ac.id/pgsd/thumbnail/ab6e4bc4-39fa-4bf0-a32e-3eb1483cc4cc.jpg)
Kalian tahu nggak sih apa itu paradoks? Menurut KBBI, paradoks adalah pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. Duh, pusing, ya? :D Kalau dalam ilmu linguistik, paradoks termasuk dalam jenis gaya bahasa atau majas pertentangan. Paradoks ialah gaya bahasa yang mengungkapkan suatu hal dengan membandingkan dua hal yang seolah-olah bertentangan tapi keduanya itu sama-sama benar. Kalian pernah dengar lagunya Maudy Ayunda yang berjudul Jakarta Ramai? Dalam lagu itu ada lirik yang berbunyi, “Jakarta ramai, hatiku sepi.” Penggalan lirik itu berisi paradoks yang membandingkan Kota Jakarta dengan hati manusia. Dua hal yang berbeda bukan? Sebenarnya, yang dibandingkan bukanlah kota dan hati tetapi suasana. Suasana “ramai” dan “sepi” yang seolah-olah saling bertentangan padahal konteksnya berbeda. Istilahnya tuh, gak apple to apple. Namun demikian, keduanya sama-sama benar. Jakarta memang ramai dan hatimu memang sepi (ups!). Akan tetapi pembahasan kali ini bukan tentang paradoks dalam lagunya Kak Maudy, melainkan paradoks dalam membaca. Paradoks tentang membaca, “Buku yang Anda baca akan sangat mengubah Anda meskipun Anda akan melupakan sebagian besar dari apa yang Anda baca.” Kalimat di atas dicetuskan oleh seorang penulis, podcaster, sekaligus pengelola sekolah menulis yaitu “Write of Passage” bernama David Perell. Anak Twitter (X) harusnya tahu sih, beberapa bulan yang lalu ada satu cuitan viral dari akun @cllemontine yaitu, “Memangnya kenapa kalo baca lupa isi bukunya apa? I read for fun, not preparing for a test.” Cuitan itu dibaca sampai lebih dari satu juta kali dengan ribuan reply, repost, dan quote yang isinya pro maupun kontra.Kalau kalian tim yang mana? Cuitan itu relate sekali dengan pendapat David Perell tentang paradoks dalam membaca. Meski kalian lupa isi dari tulisan, artikel, atau buku-buku yang pernah kalian baca, semua informasi yang pernah masuk ke otak kalian itu tetap dapat berpengaruh dan secara tidak kalian sadari telah membentuk dirimu yang sekarang. Oleh karena itulah ada sebuah nasihat yang berbunyi, “Kamu adalah apa yang kamu baca.” Jadi, jangan berhenti membaca karena membaca tidak pernah sia-sia. Tentu saja, sebagai calon pendidik, kita harus bijak dalam memilih bacaan. Ingat ya, wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW adalah iqro yang berarti bacalah.
Sudah baca buku apa hari ini? 😊