Eksplorasi Multikulturalisme dalam Pembelajaran Internasional: Pengalaman Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Surabaya dalam Program SEA Teacher di Filipina

Filipina, Kota Naga - Kak Cantika Meryrisqi Arfinda, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) 2020 dari Universitas Negeri Surabaya, berbagi pengalaman menarik selama mengikuti program SEA Teacher Batch 9 di Filipina. Program ini diselenggarakan oleh SEAMEO dalam rangka memberikan peluang kepada calon guru untuk menjalani Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di tingkat internasional.
Kak Cantika menjalani empat minggu kegiatan intensif di Bicol State University of Applied Science and Technology, yang menjadi tuan rumah program ini di Filipina. Minggu pertama fokus pada orientasi dan observasi di Naga College Foundation (NCF), sekolah sasaran di Kota Naga. Dalam tahap ini, mahasiswa mempelajari Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mengobservasi sistem pembelajaran yang berbeda dari Indonesia. Minggu kedua melibatkan peran sebagai teaching assistant, di mana Kak Cantika aktif membantu guru selama proses pengajaran di kelas. Pada minggu ketiga, mahasiswa PGSD ini terlibat langsung dalam praktik mengajar di kelas, mengimplementasikan RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Minggu keempat, sebagai penutup, kegiatan diisi dengan tahap refleksi yang diwujudkan melalui pembuatan blogspot untuk mencerminkan perjalanan dan pengalaman selama program.
Salah satu aspek yang membuat pengalaman ini begitu unik bagi Kak Cantika adalah pembelajaran tentang budaya Filipina. Kak Cantika menyoroti tantangan bahasa, di mana beberapa peserta didik menggunakan bahasa Tagalog, selain bahasa resmi. Meskipun demikian, masyarakat Filipina dikenal ramah dan hangat menyambut kedatangan mahasiswa Indonesia. Transportasi publik yang sederhana, termasuk penggunaan jeepney dan tricycle (di Indonesia mirip dengan becak), menjadi bagian menarik dari kehidupan sehari-hari di Filipina. Jeepney, kendaraan berukuran besar dengan desain warna-warni yang khas, menjadi salah satu ikon transportasi di negara tersebut. Sementara itu, tricycle, sepeda motor dengan tambahan kereta di sampingnya, digunakan untuk perjalanan pendek di sekitar kota.
Pengalaman mengajar di NCF juga menghadirkan perbedaan signifikan dalam metode pengajaran dan kurikulum. Dalam hal ini, Kak Cantika mencatat penerapan 5E (Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration, and Evaluation) di NCF, yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran di Indonesia.
Sebuah cerita menarik diungkapkan Kak Cantika ketika ia berkegiatan di NCF. Ketika seorang peserta didik didapati tertidur di kelas, guru memilih tidak membangunkannya sebagai bentuk pemahaman terhadap kondisi peserta didik. Selain itu, NCF mendorong kebersamaan dengan kebiasaan membawa jajanan ringan dari rumah yang dikonsumsi bersama selama snack time.
Dalam pesannya kepada adik-adik dan teman-teman yang berminat mengikuti SEA Teacher, Kak Cantika menekankan pentingnya persiapan bahasa Inggris. Ia juga menyarankan untuk memanfaatkan mata kuliah berbahasa Inggris dan meningkatkan skor Test of English Proficiency (TEP) sebagai persyaratan administratif. Pengalaman relevan juga dianggap penting untuk memperkaya CV.
Pengalaman SEA Teacher Batch 9 membuktikan bahwa melibatkan diri dalam program internasional tidak hanya memperkaya pengetahuan akademis, tetapi juga membuka mata terhadap keunikan budaya dan sistem pendidikan di negara lain.